Oleh: Lusi Repina Simarmata
Mahasiswa Magister Administrasi Pendidikan UKSW

____________

INDONESIA, dengan segala keberagamannya, tercermin sepenuhnya di dalam ruang kelas. Dalam satu ruangan, kita menemukan siswa yang sudah mahir membaca di usia dini, siswa yang kesulitan memahami konsep dasar, siswa yang hanya bersemangat jika belajar sambil bergerak, dan siswa yang fokusnya hanya pada seni. Keragaman ini—kesiapan, minat, dan gaya belajar—seringkali menjadi tantangan terbesar bagi guru.

Pendekatan pembelajaran yang seragam, di mana semua siswa mendapatkan materi, cara belajar, dan tugas akhir yang sama, sudah terbukti ketinggalan zaman. Metode ‘satu ukuran untuk semua’ ini hanya akan menciptakan kesenjangan: mereka yang cepat menjadi bosan, dan mereka yang butuh waktu lebih lama akan tertinggal.

Di sinilah peran besar Kurikulum Merdeka masuk. Mengusung filosofi Merdeka Belajar dari Ki Hajar Dewantara, Kurikulum Merdeka secara tegas menempatkan kebutuhan siswa sebagai pusat pendidikan. Namun, bagaimana cara guru mewujudkan cita-cita mulia ini secara praktis di tengah padatnya jam pelajaran? Jawabannya terletak pada satu strategi kunci: Pembelajaran Berdiferensiasi.

Apa Itu Pembelajaran Berdiferensiasi?

Pembelajaran Berdiferensiasi (Differentiated Instruction) dapat diibaratkan sebagai seorang penjahit andal, bukan penjual baju ready-to-wear. Penjahit akan mengukur, memilih bahan, dan menyesuaikan jahitan agar pakaian pas sempurna di tubuh pemakainya.

Pembelajaran Berdiferensiasi adalah pendekatan pengajaran yang responsif dan proaktif, di mana guru secara sengaja merencanakan variasi dalam pembelajaran untuk mengakomodasi perbedaan individu siswa. Diferensiasi adalah strategi untuk merespons tiga kebutuhan utama siswa:

  1. Kesiapan Belajar (Readiness): Tingkat pemahaman dan keterampilan awal siswa terhadap materi baru.
  2. Minat (Interest): Topik atau subjek yang disukai siswa, yang dapat digunakan sebagai pengait untuk materi pelajaran.
  3. Profil Belajar (Learning Profile): Cara terbaik bagi siswa untuk menyerap dan memproses informasi (misalnya, visual, auditori, atau kinestetik).

Kunci Implementasi: 4 Elemen yang Dimainkan Guru

Berdiferensiasi bukan berarti menciptakan rencana pelajaran yang berbeda untuk setiap anak. Sebaliknya, guru menyesuaikan empat elemen utama di dalam kelas agar selaras dengan kebutuhan siswa:

  1. Diferensiasi Konten (Isi Materi): Guru dapat memvariasikan apa yang dipelajari. Contoh: Kelompok siswa yang sudah mahir mendapatkan materi pengayaan, sementara kelompok lain mendapatkan materi dengan bantuan visual atau video penjelasan tambahan.
  2. Diferensiasi Proses (Cara Mengolah): Ini adalah jantung dari Pembelajaran Berdiferensiasi. Guru memberikan pilihan bagaimana siswa mempraktikkan atau mengolah ide. Contoh: Ada yang bekerja berpasangan untuk diskusi, ada yang bekerja mandiri dengan membuat peta pikiran (mind map), dan ada yang berpraktik dengan alat peraga (kinestetik).
  3. Diferensiasi Produk (Hasil Akhir): Siswa menunjukkan apa yang mereka pelajari dengan cara yang berbeda. Contoh: Untuk topik “Ekosistem,” satu kelompok membuat laporan tertulis, kelompok lain membuat video presentasi, dan kelompok ketiga membuat diorama. Ini penting untuk meningkatkan motivasi dan rasa percaya diri.
  4. Diferensiasi Lingkungan Belajar: Penataan fisik dan iklim kelas disesuaikan. Contoh: Zona tenang untuk kerja mandiri, area kolaboratif untuk diskusi kelompok, dan pencahayaan yang mendukung suasana belajar.

Pembelajaran Berdiferensiasi: Jembatan Menuju Kurikulum Merdeka yang Berhasil

Kurikulum Merdeka mengedepankan pembelajaran yang mendalam dan berfokus pada Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Temuan studi literatur menunjukkan, Pembelajaran Berdiferensiasi  adalah strategi paling efektif untuk mencapai tujuan ini.

  1. Dampak Nyata pada Hasil Belajar

Penelitian di berbagai SD yang mengimplementasikan Pembelajaran Berdiferensiasi menunjukkan hasil yang signifikan, bukan hanya di atas kertas. Studi kuantitatif, seperti yang dianalisis dalam tinjauan literatur ini, menunjukkan bahwa Pembelajaran Berdiferensiasi dapat memberikan pengaruh signifikan hingga 14% terhadap peningkatan aspek kognitif (pemahaman konsep, literasi, dan numerasi) siswa.

  1. Membangun Karakter Abad ke-21

Selain kognitif, Pembelajaran Berdiferensiasi secara kuat mengembangkan aspek non-kognitif dan keterampilan abad ke-21. Ketika siswa merasa dipahami dan diberi pilihan (diferensiasi Produk), mereka menjadi:

  • Termotivasi dan Antusias: Minat belajar meningkat secara signifikan (Novianti, 2023).
  • Kritis dan Kolaboratif: Tugas kelompok yang disesuaikan mendorong kemampuan berpikir kritis dan kerja sama.
  • Pencapaian P5: Siswa didorong menjadi mandiri, kreatif, dan bernalar kritis, sesuai dengan semangat P5.

Tantangan dan Tiga Langkah Praktis untuk Guru

Tantangan utama dalam Pembelajaran Berdiferensiasi sering kali adalah asumsi bahwa ini menambah beban kerja guru. Namun, dengan perencanaan yang tepat, Pembelajaran Berdiferensiasi justru membuat pembelajaran lebih terarah dan berdampak.

Langkah Kunci yang Harus Dilakukan Guru:

  1. Asesmen Diagnostik Dulu, Baru Mengajar Kemudian. Kemanfaatan Pembelajaran Berdiferensiasi sangat bergantung pada data awal. Guru harus memulai dengan Asesmen Diagnostik Non-Kognitif yang akurat (Rifqiyah & Nugraheni, 2023). Pemetaan ini menunjukkan kesiapan siswa (misalnya, 72% siswa sudah siap, 28% butuh dukungan ekstra), yang kemudian menjadi basis data untuk merancang kelompok dan jenis tugas.
  2. Fokus pada Diferensiasi Proses dan Produk. Seringkali, guru baru berani mencoba diferensiasi Konten. Namun, kunci untuk meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa terletak pada Diferensiasi Proses dan Produk. Berikan siswa kebebasan bagaimana mereka memproses materi dan bagaimana mereka menunjukkan hasilnya.
  3. Mulai Dari yang Kecil. Guru tidak perlu melakukan diferensiasi pada semua aspek di setiap pertemuan. Mulailah dengan memvariasikan satu aspek (misalnya, hanya diferensiasi produk dengan 3 pilihan tugas). Setelah nyaman, baru kembangkan ke aspek proses dan konten.

Penutup: Mengoptimalkan Potensi Anak Bangsa

Pembelajaran Berdiferensiasi adalah wujud nyata dari upaya menciptakan lingkungan belajar yang adil dan inklusif. Ini bukan sekadar tren kurikulum, melainkan pergeseran paradigma dari mengajar kurikulum menjadi mengajar siswa.

Di bawah payung Kurikulum Merdeka, Pembelajaran Berdiferensiasi adalah strategi yang memastikan bahwa setiap anak, dengan segala keunikan dan kecepatannya, memiliki kesempatan maksimal untuk berkembang menjadi Profil Pelajar Pancasila yang tangguh dan berdaya. Dengan mempraktikkan Pembelajaran Berdiferensiasi, kita tidak hanya mendidik, tetapi juga mengoptimalkan potensi masa depan anak bangsa seutuhnya.

Sumber:

Rifqiyah, F., & Nugraheni, N. (2023). Analisis Kesiapan Belajar Siswa untuk Pemenuhan Capaian Kurikulum Merdeka dengan Pembelajaran Berdiferensiasi. Jurnal Riset Pendidikan Dasar, 4(2), 145–157. https://doi.org/10.30595/jrpd.v4i2.16052