Oleh: Ina Choriyati
Mahasiswa Pascasarjana S3 Universitas Negeri Malang
_________________
BERAGAM, dibentuk oleh pengalaman, harapan, dan tantangan yang mereka hadapi dalam sistem pendidikan. Mayoritas orang tua dan siswa sangat menghargai pentingnya pendidikan, namun mereka sering kali kurang optimis terhadap kualitas sistem sekolah rakyat secara keseluruhan. Data ini mengindikasikan adanya ketidakpuasan substansial yang berakar pada isu-isu struktural dan operasional di lapangan. Tantangan yang dihadapi sekolah negeri (sekolah rakyat) dapat dikelompokkan menjadi beberapa area utama:
Kualitas Infrastruktur dan Sumber Daya: Banyak yang menilai sekolah negeri masih menghadapi masalah mendasar seperti infrastruktur yang kurang memadai, kelas yang terlalu padat, dan keberadaan guru yang kurang terlatih. Keterbatasan sumber daya ini secara langsung memengaruhi efektivitas proses belajar-mengajar dan menjadi pemicu utama rendahnya mutu pendidikan.
Isu Non-Akademik dan Lingkungan Sekolah: Masalah utama lain yang sering teridentifikasi adalah kurangnya disiplin dan dukungan finansial. Selain itu, terdapat kekhawatiran serius terkait kekerasan dan penggunaan narkoba di sekolah. Aspek-aspek ini mengganggu stabilitas lingkungan belajar dan kesejahteraan siswa.
Konflik Persepsi dan Keterlibatan: Terdapat siklus saling menyalahkan yang kontraproduktif: Dimana Orang tua dan siswa cenderung menyalahkan sekolah dan guru atas rendahnya mutu pendidikan. Sedangkan Guru merasa kurangnya keterlibatan orang tua menjadi hambatan utama. Persepsi yang saling bertolak belakang ini menunjukkan adanya keretakan dalam kemitraan antara sekolah dan keluarga, padahal pendidikan dipandang sebagai manfaat kolektif yang membutuhkan upaya bersama.
Meskipun terdapat tantangan, masyarakat memiliki harapan yang jelas yang dapat menjadi dasar perbaikan sistem: Siswa sendiri menyoroti pentingnya hubungan yang baik dengan guru, teman, dan lingkungan sekolah untuk mendukung kesejahteraan mereka. Mereka secara eksplisit menginginkan sekolah yang tidak hanya fokus pada akademik, tetapi juga memperhatikan aspek sosial dan emosional (Sekolah Rakyat, sosial dan emosional!). Permintaan ini sejalan dengan tren global dalam pendidikan yang menekankan pada pengembangan kompetensi abad ke-21.
Hubungan yang baik antara sekolah dan keluarga terbukti meningkatkan kepuasan orang tua dan berdampak positif pada prestasi akademik siswa. Kebijakan sekolah harus secara aktif mendorong keterlibatan keluarga. Hal ini tidak hanya bermanfaat bagi semua siswa, termasuk yang berasal dari latar belakang kurang mampu, tetapi juga dapat menjembatani konflik persepsi yang ada. Keterlibatan yang dimaksud haruslah bermakna, tidak hanya sebatas administrasi atau penggalangan dana.
Menariknya, masyarakat cenderung memberikan penilaian lebih tinggi terhadap sekolah di lingkungan mereka sendiri dibandingkan sekolah secara nasional. Semakin dekat seseorang dengan sekolah (misalnya, sebagai orang tua murid), semakin tinggi pula penilaian yang diberikan. Optimisme lokal ini adalah modal sosial yang kuat. Pemerintah dan sekolah perlu memanfaatkan sentimen positif ini dengan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas di tingkat sekolah, sehingga kepercayaan lokal dapat diperluas dan menjadi model bagi perbaikan sistem secara nasional.
Harapan penulis: sebagai warga negara yang baik, Hal ini menjadi tanggung jawab kita semua sebaga anak bangsa, sekaligus sebagai seruan dan panggilan untuk tindakan reformasi yang komprehensif dan terfokus. Upaya perbaikan mutu pendidikan tidak cukup hanya berfokus pada kurikulum atau hasil akademik, melainkan harus mencakup peningkatan infrastruktur, penguatan disiplin, pengurangan risiko sosial (kekerasan, narkoba), dan yang paling krusial, pembentukan kemitraan yang sejati antara sekolah dan keluarga . Aspek sosial dan emosional harus diintegrasikan sebagai inti dari pengalaman pendidikan di Sekolah Rakyat untuk menjamin kesejahteraan dan kesuksesan holistik siswa. Diman Tantangan kita sebagai akademisi dan praktisi adalah bagaimana menerjemahkan aspirasi masyarakat ini menjadi kebijakan yang implementatif dan terukur, untuk mewujudkan sekolah rakyat yang tidak hanya menjadi sarana transfer ilmu, tetapi juga menjadi tempat yang aman, mendukung, dan memberdayakan bagi setiap anak. (*)
Tinggalkan Balasan