Tivanusantara – Dinamika di internal Pemkot Ternate belakangan ini terbilang menarik untuk disimak. Bukan hanya masalah sampah yang sulit diatasi sehingga memunculkan beragam kritik, tapi undur dirinya dua pejabat dan lambatnya pelantikan pucuk pimpinan OPD (Organisasi Perangkat Daerah), bisa saja menimbulkan bermacam-macam persepsi dari publik. Upaya cepat Pemkot Ternate menyampaikan ‘klarifikasi’ melalui media massa, bahkan dua pejabat tersebut memilih mengundurkan diri karena pindah tempat tugas dan studi, sepertinya hanya sedikit mengurangi anggapan lain dari publik.
Dua pejabat yang ambil sikap undur diri adalah Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan, Jusuf Sunya, dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Muhammad Syafei. Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kota Ternate, Samin Marsaoly mengaku bahwa Wali Kota M. Tauhid Soleman telah menerima surat pengunduran diri dari dua pejabat tersebut.
Tak butuh waktu lama, Wali Kota langsung menunjuk Sekretaris Dinas PUPR, Muslih Muhammad untuk menjabat Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup. Sedangkan posisi yang ditinggal Jusuf Sunya, bagi Pemkot Ternate, seperti yang disampaikan Samin Marsaoly, posisi tersebut tidak begitu penting dan tidak ada dampaknya, sehingga Pemkot tinggal menyiapkan surat keputusan pengangkatan siapa yang bakal ditunjuk.
Hanya selisih tiga jam lebih Pemkot mengumumkan pengunduran diri dua pejabat itu, muncul lagi di media massa soal rencana pelantikan pejabat eselon II, III dan IV. Terkait dengan rencana pelantikan pejabat, Pemkot masih mengandalkan Samin Marsaoly untuk menginformasikan ke publik. Kata dia, Pemkot sudah menerima persetujuan teknis pelantikan dari Badan Kepegawaian Negara (BKN), sehingga akan segera dilakukan pelantikan.
Menurut Samin, pelantikan serentak akan digelar Senin (6/10), karena menyesuaikan dengan jadwal Wali Kota. Lanjutnya, ada tujuh jabatan eselon II yang akan diisi pejabat baru. Dan, bakal ada 43 Aparatur Sipil Negara (ASN) yang dirotasi pada posisi eselon III dan IV. Menyangkut rencana pelantikan pejabat, sebagaimana diketahui, Pemkot sudah beberapa kali mengubah jadwal dari beberapa bulan lalu.
Hasil penelusuran Nuansa Media Grup (NMG) menyebutkan, berubah-ubahnya jadwal pelantikan pejabat di Pemkot tersebut karena adanya dugaan saling sikut di internal. Bukan soal siapa yang layak karena kompetensi, tapi ada indikasi: pejabat yang akan ditunjuk menduduki posisi eselon II atau III harus benar-benar loyal ke atasan tertentu untuk agenda politik akan datang.
Aroma terkotak-kotaknya internal Pemkot mulai terlihat. Ini tidak lain karena kepentingan politik ke depan. Bukan lagi rahasia kalau Wakil Wali Kota Nasri Abubakar dan Sekretaris Daerah Rizal Marsaoly adalah dua figur dari internal Pemkot Ternate yang kemungkinan ikut bertarung pada pemilihan kepala daerah mendatang. Informasinya satu dari dua figur tersebut mendominasi pengambilan keputusan di Pemkot, termasuk dapat memengaruhi Wali Kota. Sehingga itu, siapa saja yang akan ditunjuk menduduki posisi eselon II dan III, bahkan IV, kabarnya harus melewati ‘pembayatan’.
Jika dianggap tidak lulus ‘pembayatan’, atau bersikap ragu untuk bergabung dengan figur yang dominan, maka akan disingkirkan. Bukan tidak mungkin setiap ASN yang ragu-ragu mengambil sikap saat proses ‘pembayatan’, dianggap berpihak ke figur lain. Undur dirinya dua pejabat di tubuh Pemkot tersebut kabarnya ada hubungan dengan agenda politik jangka panjang. Begitu juga dengan lambatnya pelantikan, bahkan jadwal yang sudah beberapa kali diubah, ini juga informasinya karena proses ‘pembayatan’ belum berakhir. (xel)
Tinggalkan Balasan