Oleh: Muhammad Wahyudin

Mahasiswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan FKIP Unkhair Ternate

_______________

KEDAMAIAN dalam ekosistem kehidupan manusia di alam semesta Halmahera Timur, Maluku Utara, menggambarkan relasi yang erat antara masyarakat, alam, dan pencipta. Halmahera Timur, dengan keanekaragaman dan kekayaan alam yang begitu melimpah, memiliki ekosistem yang saling berkaitan menjadi primadona dunia sehingga Halmahera Timur menjadi incaran negara-negara luar atas kekayaan yang dimiliki. Hal ini memicu kerusakan alam pada satu unsur kemudian mempengaruhi keseluruhan sistem.

Halmahera Timur dikenal dengan hujan tropis yang lebat dan menyimpan begitu banyak harta karun dunia, hutan mangrove, serta keanekaragaman flora dan fauna. Namun demikian, eksploitasi besar-besaran sumber daya alam yang dilakukan industri ekstraktif seperti pertambangan nikel telah menyebabkan deforestasi, kerusakan habitat flora dan fauna endemik asli Halmahera Timur, penurunan kualitas lingkungan hidup. Aktivitas pertambangan di Teluk Buli, Maba Pura, Mornopo, dan lainya telah menyebabkan sedimentasi tinggi pencemaran limbah logam berat di perairan mengancam keberlanjutan ekosistem laut dan kesehatan masyarakat.

Oleh karena itu, ketika manusia kehilangan kontak dengan fitrahnya maka manusia akan merusak ekosistem dalam kehidupannya dan berdampak pada lingkungan sekitarnya yakni alam semesta. Karena tidak melihat alam semesta sebagai pancaran ilahiah. Dan ketika itu terjadi, maka sikap demikian akan menimbulkan ancaman kedamaian dalam kehidupan dan terhadap alam semesta. Tak bisa dipungkiri, bahwa manusia kehilangan kontak dengan dirinya (fitrah) karena ia tidak punya metodologi untuk memberikan kesinambungan antara dirinya dan Tuhannya serta di luar dirinya. Dengan itu, metodologi yang ditawarkan seorang filosof seperti Murtadha Muthahhari dan filosof Sadrian lainnya, hanya epistemologi yang benar yang mampu memberikan kesinambungan antara dalam diri manusia dan Tuhannya serta di luar dirinya.

Masyarakat Halmahera Timur, yang sebagian besar bergantung pada pertanian dan perikanan, menghadapi masalah besar diakibatkan kerusakan lingkungan yang terus menerus mengeksploitasi alam dan lingkungan hidup masyarakat, mengakibatkan menurunnya kualitas sumber daya alam mempengaruhi mata pencarian mereka, meningkatkan kerentanan sosial dan ekonomi. Selain itu, eksploitasi sumberdaya alam yang masif dan tumbuh di setiap hutan Halmahera Timur tanpa memperhatikan keberlanjutan dapat memperburuk ketimpangan sosial dan ekonomi.

Untuk mencapai kedamaian dalam ekosistem, diperlukan adanya upaya pengelolaan sumberdaya alam secara keberlanjutan dalam mendukung wisata alam yang ada di Halmahera Timur, salah satunya tempat wisata di Maba Selatan yang paling sering dikunjungi yaitu Pulau Paniki yang memiliki pontensi dalam pelestarian ekosistem dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Di sisi lain, perlu diketahui bersama bahwa ketika manusia hidup dengan baik di bumi karena alam semesta menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk menunjang kehidupan.

Manusia sangatlah bergantung pada alam semesta, sehingga manusia seharusnya hidup selaras dengan alam semesta agar tetap sehat dan berdamai dalam kehidupan sehari-hari dan alam semesta. Sehingga, ketika kontak fitrah dan Tuhannya serta di luar dirinya terjadi sebuah kesinambungan yang benar maka bisa dipastikan manusia tersebut akan mengalami kedamaian dalam ekosistem kehidupan dan alam semesta.

Peningkatan kesadaran dan pendidikan lingkungan sangat penting untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pelestarian alam. Melalui pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya menjaga ekosistem, diharapkan masyarakat dapat berkontribusi dalam upaya pelestarian alam dan mencapai keseimbangan antara kebutuhan manusia dan kelestarian lingkungan.

Pada hakikatnya Tuhan tidak dapat meninggalkan manusia, demikian pula manusia tidak pernah meninggalkan Tuhan, sebab fitrah manusia adalah ketuhanan. Artinya, sifat manusia disifati Tuhan, ia tidak pernah lepas sama sekali dari Tuhan. Kalau manusia terlalu jauh dari Tuhan, ia akan mendekatkan diri kembali kepada Tuhan. Pada saatnya, ia akan kembali pada Tuhan. (*)