DARUBA, TN – Realitas kehidupan masyarakat di Kabupaten Pulau Morotai benar-benar sulit. Ekonomi pun begitu. Perputaran uang juga terbilang susah. Masyarakat merasa justru kehidupan mereka lebih enak ketika Morotai belum dimekarkan menjadi kabupaten. Awalnya mereka mengira kalau kehidupan mereka lebih baik ketika Morotai jadi kabupaten, nyatanya kian terpuruk.

Pada Rabu (1/11), seorang ibu bertandang ke kantor Bupati. Ia adalah Haja Husna, salah satu warga yang disegani di Morotai. Ia datang dengan tujuan meluapkan kekesalannya atas realitas kehidupan masyarakat yang semakin sulit. Di kantor Bupati, Haja Husna memarahi beberapa pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Sebagian meresponsnya dengan cara memberikan penjelasan ada juga yang tidak menanggapi cemohannya.

Husna mengaku tidak mampu lagi menahan kesusahan hidup terutama keterpurukan ekonomi di Morotai. “Dorang kira torang badiam, kita cuma sabar saja. Ini hari saya sudah tidak mampu lagi karena torang lapar makanya torang marah,” teriaknya.

Amatan Nuansa Media Grup (NMG), semula Husna datang di depan ruang Bupati dan Sekda, tapi tidak menemui kedua petinggi itu. Haja Husna lantas kesal dan berteriak memprotes kebijakan pemerintah yang bikin kehidupan masyarakat kesusahan. Tidak hanya di situ, Husna juga menuju kantor keuangan daerah dan meluapkan kekesalannya di depan kantor tersebut.

Kata dia, masyarakat kini merasa hidup mereka semakin susah karena pemimpin daerah tersebut tidak peduli dengan harkat dan martabat masyarakat Pulau Morotai dan hanya mementingkan diri sendiri. Padahal, dahulu masyarakat Pulau Morotai berjuang dengan darah dan air mata untuk memekarkan Pulau Morotai sebagai daerah otonom, agar hidup masyarakat setempat semakin lebih baik.

Ibu yang berprofesi sebagai penjual makanan itu juga meluapkan kekesalannya karena pemerintah seolah tidak peduli dengan nasib rakyat kecil. Dia mengaku jualannya sulit mendapatkan pelanggan bahkan sebagian penjual sudah gulung tikar karena rata-rata masyarakat tidak lagi punya cukup uang untuk membeli sembilan bahan pokok dan makanan siap saji. Mirisnya, warung Ibu Husna tepat berada di gedung BUMDes Muhajirin di belakang kantor Bupati nyaris ditutup karena sepi pengunjung.

“Torang ini cuma bergantung di PNS saja cuma dorang juga tidak terima-terima gaji, lalu torang dapat uang dari mana. Torang bajual di hari senin tapi satu piring saja yang laku di kantor bupati itu kong torang tara menangis,” ujarnya dengan nada kesal. (tr1/kov)