DARUBA, TN – Pulau Dodola riwayatmu kini. Sepenggal kalimat itu sepertinya layak dialamatkan ke objek wisata andalan Kabupaten Pulau Morotai, Pulau Dodola. Bagaimana tidak, pulau kecil nan indah yang dulunya selalu menarik kunjungan wisatawan berbagai kalangan, kini sudah sepi. Belum diketahui jelas apa penyebab minimnya kunjungan wisatawan ke Pulau Dodola.

Selain berkurangnya pengunjung, sejumlah fasilitas di objek wisata tersebut sudah rusak parah. Pemerintah daerah seakan tutup mata. Mereka tidak menyadari bahwa karena Pulau Dodola lah Morotai bisa dikenal luas. Satu fasilitas yang rusak parah di Pulau Dodola adalah jembatan love. Sekira 2000 meter jembatan itu mengalami kerusakan fatal. Jika tidak dibenahi secepatnya, tentu saja ini akan menggangu kenyamanan wisatawan yang berkunjung.

Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Pulau Morotai, Kalbi Rasyid mengatakan, perbaikan fasilitas wisata di Morotai masih terkendala anggaran. Anggaran operasional untuk perbaikan salah satu fasilitas pariwisata di Pulau Dodola itu tidak ada, makanya tidak bisa dilakukan perbaikan. “Kalau kita ingin melakukan perbaikan jembatan love di Pulau Dodola kemudian disuplai dengan jembatan keliling, itu tahun lalu sekitar 1000 meter yang rusak. Tapi kalau di tahun ini diperkirakan sudah 1500 sampai 2000 meter yang rusak. Makanya kami juga butuh anggaran yang besar,” ujarnya pada Nuansa Media Grup (NMG), Selasa (24/10).

Kalbi mengaku kendala yang sama pun berlaku untuk fasilitas pada objek wisata lainnya. Padahal, anggaran fasilitas-fasilitas tersebut sudah diusulkan, hanya saja belum diakomodir oleh dinas terkait. “Kami ini kan bukan pengendali keuangan, masih ada yang di atas. Cuma itu, sampai saat ini masih belum direspons oleh pimpinan, sehingga kita juga terbatas melakukan perbaikan terhadap fasilitas-fasilitas yang rusak itu,” jelasnya.

Terpisah, salah satu pengelola objek wisata Pulau Dodola yang enggan disebut namanya, menyayangkan beberapa fasilitas di Pulau Dodola yang tidak bisa diperbaiki. Pasalnya, fasilitas-fasilitas tersebut merupakan hal yang paling besar pendapatannya, terutama fasilitas Jetski, Banana Boat dan Paralayang.

“Banyak fasilitas yang sudah rusak. Itu sudah lama dan tidak bisa lagi diperbaiki. Dulu kalau Jetski dan Banana Boat itu pendapatannya besar. Pernah waktu itu sehari saja lebih dari Rp30 juta yang kita dapat, tapi sekarang parah,” ujarnya.

Sudah begitu, kata dia, fasilitas yang didatangkan tidak lagi dilakukan pembinaan terhadap petugas setempat. Akibatnya, ketika terjadi masalah teknis pada fasilitas-fasilitas tersebut, petugas pun kesulitan memperbaiki lantaran tidak punya kemampuan. “Kalau saya, paling bagus itu pemerintah kasih sekolah petugas di sini satu atau dua orang. Karena kalau misalnya Jetski itu rusak, ada orang yang bisa perbaiki. Jangan sama dengan torang. Kalau itu rusak, torang bingung bikin bagaimana,” kata dia. (tr1/kov)