Tivanusantara – Berbagai peristiwa yang menerpa Provinsi Maluku Utara akhir-akhir ini makin mendapat perhatian publik. Jelang pemilihan Gubernur Maluku Utara tahun 2024 ini, banyak kalangan berharap ada figur yang memiliki integritas dan moral yang kuat, sehingga nantinya mampu menyelamatkan provinsi ini. Hanya pemimpin yang kuat, yang bisa mewujudkan kesetaraan pembangunan, mengurangi angka kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Akademisi Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU), DR Herman Oesman menyodorkan beberapa kriteria seperti apa figur yang nantinya mampu membawa Maluku Utara ke arah yang lebih baik. Sosiolog Maluku Utara menawarkan ke publik tiga kriteria calon pemimpin. Tiga kriteria yang ia maksud adalah, pertama: memiliki integritas dan moral yang kuat, termasuk tak punya kepentingan apa pun. Kedua, punya wawasan dan keberanian untuk memperjuangkan masa depan Maluku Utara. Ketiga, tentunya memiliki jiwa kepemimpinan yang dapat mengayomi dan mau mendengar keluh kesah masyarakat.

“Bukan pemimpin bergaya penguasa yang seenaknya memperlakukan masyarakat,” jelas doktor sosiologi itu saat diwawancarai, Minggu (26/5). Karena itu, Sekretaris ICMI Maluku Utara ini, meminta kepada masyarakat untuk ke depan memilih pemimpin yang sungguh-sungguh bekerja dan mengelola Maluku Utara untuk kepentingan masyarakat. “Yang harus diwaspadai adalah memilih pemimpin yang tidak punya visi, konsep, dan apalagi tidak punya moral untuk memimpin Malut,” tegasnya.

Hal itu, kata Herman, disampaikan tak lepas dari keprihatinannya terhadap sejumlah masalah yang terjadi di masa kepemimpinan Gubernur Abdul Gani Kasuba dan Wakil Gubernur M Al Yasin Ali. Terutama kasus korupsi yang saat ini menjerat mantan gubernur Abdul Gani Kasuba dan sejumlah jajarannya.

Menurutnya, kasus korupsi itu terjadi karena ada kelonggaran atau tidak ada prinsip-prinsip yang dijalankan dalam mengelola tata birokrasi yang baik. “Termasuk karena ada keteladanan yang hilang dalam tubuh birokrasi Maluku Utara,” katanya.

Herman menuturkan, kasus yang menjerat mantan gubernur Maluku Utara itu menjadi pembelajaran penting. Terutama bahwa persoalan praktik korupsi harus diberikan pemahaman sejak dini sebagai kejahatan terbesar, sehingga itu jadi musuh bersama (common enemy).

“Sejak dini, harus ditanamkan kepada anak-anak didik, bahwa suap menyuap, atau sejenisnya dalam bentuk lain adalah model praktik kejahatan korupsi yang harus diwaspadai dalam kehidupan sehari-hari,” jelasnya.

Herman juga menyoroti kasus kerusakan lingkungan di Maluku Utara. Ia meminta agar pemerintah turut mengintervensi kerusakan lingkungan akibat industri tambang.

Baginya, pemerintah perlu mengevaluasi kembali kontrak kerja ke perusahaan tambang, agar tidak terlalu eksploitatif terhadap kondisi lingkungan yang ada. “Pemerintah daerah juga harus menyampaikan ke pemerintah pusat tentang masa depan wilayah. Terutama kondisi lingkungan Malut yang telah dan terus mengalami degradasi,” katanya.

Ia berharap, gubernur dan wakil gubernur Maluku Utara lima tahun mendatang dapat menyelesaikan masalah korupsi dan lingkungan agar masyarakat dapat hidup dengan aman dan sejahtera. (kep)