Tivanusantara – Pemkab Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, kelihatannya sudah bulat mengambil keputusan untuk mengorbankan hak warganya demi mendatangkan investor untuk menggarap sumber energi panas bumi di Kecamatan Sahu. Tak hanya itu, Talaga Rano, salah satu potensi wisata luar biasa juga akan lenyap kalau proyek Geotermal ini dibangun.
Sekitar 16.650 hektare yang akan disiapkan Pemkab Halmahera Barat untuk investor yang menggarap potensi energi panas bumi itu. Lokasinya berdekatan dengan Talaga Rano. Di sekitarnya juga terdapat lahan-lahan pertanian warga. Ketika Pemkab menyatakan kawasan itu akan dibangun proyek Geotermal, warga mulai was-was. Sudah pasti, warga sekitar kehilangan sumber penghidupan.
Belakangan ini gelombang aksi penolakan mulai terbentuk. Warga Desa Gamsungi, Kecamatan Sahu, Halmahera Barat, melakukan demonstrasi di kantor Bupati pada Senin (17/11). Pada aksi tersebut, warga meminta Bupati James Uang menghentikan proyek itu. Bupati juga diharapkan tidak semena-mena terhadap warga. “Jangan hanya pentingkan investor saja, tapi abaikan hak-hak masyarakat. Kami juga punya hak untuk hidup tenang dan bisa bertani. Kalau proyek itu jalan, maka lahan yang selama ini kami bertani sudah pasti hilang,” teriak beberapa warga saat demonstrasi.
Risnal Ray selaku koordinator aksi menuturkan, proyek Geotermal ini berpotensi menimbulkan dampak negatif yang signifikan. “Aksi hari ini mendesak Bupati Halmahera Barat agar membatalkan proyek Geotermal di kawasan Talaga Rano,” tegas Risnal.
Ia mengungkapkan bahwa data dan informasi yang mereka kantongi menunjukkan konsesi lahan proyek Geotermal tersebut sangat luas, mencapai 16.650 hektare. Risnal menilai, kehadiran proyek Geotermal ini dapat merusak ekosistem di Talaga Rano. Selain itu, lahan pertanian masyarakat sekitar juga dinilai akan ikut rusak akibat dampak dari proyek raksasa tersebut.
Alih-alih mengembangkan proyek Geotermal, Risnal menyarankan agar pemerintah daerah mengambil langkah lain yang lebih berkelanjutan. “Jadi kami sarankan agar pemerintah daerah mengembangkan Talaga Rano itu menjadi wilayah konservasi dan objek wisata berbasis hutan raya,” ujar Risnal.
Menurutnya, wilayah Talaga Rano memiliki keindahan alam yang luar biasa yang dapat menjadi daya tarik besar bagi wisatawan. Pengembangan sebagai kawasan konservasi dinilai akan lebih menguntungkan masyarakat dan lingkungan secara jangka panjang.
Massa aksi juga menyampaikan informasi terkait kelanjutan proyek tersebut. “Berdasarkan informasi yang kami dapat, pelelangan proyek tersebut sudah dilakukan,” ungkap Risnal. Saat ini, diperkirakan ada sekitar lima perusahaan yang bakal memperebutkan pekerjaan proyek Geotermal di kawasan Talaga Rano tersebut. (adi/xel)

Tinggalkan Balasan