Tivanusantara – Pemutaran karya musik tradisi “Arababu Madadi” yang dilaksanakan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XXI Provinsi Maluku Utara melalui Program Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan, yang berlangsung di Kawasan Cagar Budaya Benteng Oranje, Sabtu (8/11) malam, menjadi momentum penting dalam melestarikan dan mengembangkan kekayaan budaya Maluku Utara.
Acara ini dihadiri oleh Staf Ahli Bidang Politik, Hukum dan Pemerintahan Fachruddin Tukuboya, Sekda Kota Ternate Rizal Marsaoly, mewakili Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XXI Maluku Utara, Kasubag Umum Iwaulini, Sekdis Kebudayaan Kota Ternate, para pelaku seni, komunitas serta masyarakat Kota Ternate.
Hasan Ali, program manager sekaligus seniman yang memimpin pertunjukan, menjelaskan latar belakang budaya alat tersebut. Arababu awalnya berasal dari negeri di Timur Tengah, disebut awan putih karena suaranya yang syahdu dan tenang. Ia menambahkan bahwa alat ini telah menyebar ke berbagai belahan dunia, namun satu-satunya yang masih diproduksi secara tradisional di Indonesia adalah Arababu Ternate. Hasan Ali juga menjelaskan proses kreatif dibalik “Madadi”.
“Kami merangkai, merakit, hingga memainkan Arababu dengan bantuan maestro lokal. Dari membakar tempurung, melubangi, dan menyusun senar, pekerjaan yang rumit namun menghasilkan bunyi yang khas,” katanya.
Sekretaris provinsi, yang diwakili Staf Ahli Gubernur Bidang Politik, Hukum, dan Pemerintahan, Fachruddin Tukuboya, dalam sambutannya menyampaikan pentingnya pelestarian musik tradisional. Fachruddin mengatakan program fasilitasi kebudayaan ini merupakan upaya nyata pemerintah untuk memperkuat identitas nasional melalui warisan lokal.
“Kami berharap pertunjukan seperti Arababu Madadi dapat menjadi contoh kolaborasi antara pemerintah, seniman, dan akademisi,” ujar Fachruddin.
Pemerintah Provinsi Maluku Utara berharap kegiatan semacam ini dapat terus berlanjut sebagai sarana memperkuat identitas budaya, mendukung ekonomi kreatif, dan mempererat hubungan antara pemerintah, seniman, serta generasi muda.
Pemerintah Provinsi Maluku Utara juga menegaskan dukungan penuh terhadap karya seni tradisional yang diperlukan oleh generasi muda, seperti penampilan “Arababu Madadi” yang diprakarsai oleh Atta dan timnya.
Pemerintah menekankan perlunya pembinaan yang serius dan berkelanjutan bagi seniman muda, mengingat masih terbatasnya kemandirian mereka.
Staf ahli juga mengatakan, gubernur dan wakil gubernur turut memberikan dukungan, serta mengajak seluruh jajaran pemerintah daerah untuk bersama-sama memfasilitasi ruang ekspresi budaya.
Pemprov juga mengimbau kepada kota- kota lain di Maluku Utara untuk meniru model pembinaan yang telah diterapkan di Ternate, sehingga potensi budaya lokal lebih dapat dioptimalkan.
Pemutaran karya “Arababu Madadi” ini diharapkan dapat membawa inspirasi bagi kita semua untuk semakin mencintai dan merawat identitas budaya Maluku Utara.
Mewakili Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XXI Maluku Utara, Iwuilani, menekankan status Arababu sebagai warisan budaya tak benda asal Ternate yang telah ditetapkan secara nasional.
“Alat musik ini merupakan bentuk pelestarian budaya yang harus kita jaga bersama,” tambahnya.
Mengenai dukungan pemerintah, ia menjelaskan bahwa melalui program fasilitasi pemajuan kebudayaan tahun 2025, Balai menerima alokasi tambahan anggaran sekitar Rp1,2 miliar.
“Dana ini memungkinkan ksni mendukung 30 komunitas dan perseorangan, termasuk 25 kelompok di Kota Ternate, untuk mengembalikan kegiatan budaya,” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Sekda Kota Ternate, Rizal Marsaoly saat melaunching acara berharap bahwa kolaborasi antara pemerintah, komunitas seniman,dan institusi akademik dapat terus berlanjut, termasuk pencatatan nilai filosofis karya tradisional dalam publikasi ilmiah.
Selain itu, ia menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk menjaga dan mempromosikan warisan budaya, serta mengajak semua pihak untuk berpartisipasi dalam upaya pelestarian musik tradisional, baik dalam bentuk murni, maupun melalui kolaborasi dengan genre modern.
Acara ditutup dengan pemutaran video dokumenter karya Arababu Madadi, serta pertunjukan musik tradisional dari Hasan Ali (Ata Deng Kofia) serta sesi foto bersama dan penampilan dari Grup Musik “Babubu.” Rangkaian acara diakhiri dengan pagelaran Musikalisasi Puisi dari Pak Karman Dito (Bang Popeye).

Tinggalkan Balasan