Oleh: Afshin Eliza
____________
DUA tahun telah berlalu sejak 7 Oktober 2023, kondisi Gaza hingga saat ini kian terpuruk. Zionis AS terus melancarkan serangannya untuk mengosongkan Gaza. Tercatat serangan dalam 2 tahun terakhir ini sebanyak lebih dari 61.400 nyawa melayang termasuk wanita dan anak-anak, 153.000 lainya luka-luka. 217 jiwa termasuk 100 anak kehilangan nyawa karena lapar. Akses bantuan ditutup, truk bantuan dirampok. Krisis pangan kian mencekik, kelaparan mencapai fase akut. Akibat kelaparan, bergeraklah sekelompok orang yang masih memiliki rasa kemanusiaan yang tergabung dalam Sumud Flotilla, muslim dan non muslim yang terdiri dari 42 negara dengan sejumlah kapal berupaya sekuat tenaga agar bisa membantu rakyat Palestina, mereka berlayar melalui jalur laut untuk menembus zona Israel, membawa obat-obatan, makanan, susu, vitamin dan lain-lain untuk sedikit meringankan rasa sakit yang dialami rakyat Gaza. Alih-alih sampai ke Gaza, mereka terhenti oleh kebiadaban kaum terkutuk bahkan secara terang-terangan mereka ditangkap, dipenjara, disiksa bahkan dilecehkan.
Bukan hanya itu, sekitar 94% rumah sakit rusak dan banyak yang tutup. Rumah ibadah pun luluh lantak, sekitar 74 % masjid dan 3 gereja hancur. Hampir 70% bangunan rusak, dan ribuan keluarga kehilangan tempat tinggal. (Media Al-Wa’ie edisi 1-30 September hal. 7). Betapa mengerikannya perbuatan Zionis.
Fakta kerugian di atas tidak hanya menunjukan angka, tetapi di balik semua kerusakan itu ada jeritan anak-anak dan tangisan setiap jiwa yang kehilangan tempat berlindung. Tidak ada satu pun negara yang berdiri bersama Gaza. Semua negara diam membisu seakan tidak terjadi apa-apa, padahal ribuan nyawa telah terkubur dan hampir semua bangunan telah rata dengan tanah. Penduduk Gaza yang tersisa mengalami kelaparan luar biasa dan anak-anak mengalami malnutrisi. Negara-negara yang ada bahkan mengambil posisi aman dengan AS sebagai pencetus solusi dua negara. Entah sadar atau tidak mereka telah berpihak kepada musuh Gaza, datang seolah membantu agar Gaza terbebas dari serangan brutal pengkhianatan Zionis penjajah padahal mereka mendukung penuh tawaran dari musuh tersebut.
Solusi dua negara adalah bentuk keputusasaan AS atas keteguhan rakyat Gaza dan para Mujahidin. AS kalang kabut dan kehabisan cara agar mengusir rakyat dari tanah airnya. Mereka lupa bahwa yang mereka hadapi adalah keturunan sang pembebas Salahudin Al-Ayubi. Bahkan mereka (rakyat Gaza) hancur sekalipun bersama impian dan niat tulus menjaga tanah suci yang diwariskan atas mereka namun takkan mundur walau selangkah. Israel AS hanya membuang masa dan terus kecewa dengan hasilnya karena kemenangan tidak akan berpihak pada mereka. Negara-negara yang ikut-ikutan juga akan mengalami kekecewaan. Mereka harusnya sadar bahwa mengakui kemerdekaan Palestina dengan solusi dua negara sama dengan mengakui pencaplokan entitas Yahudi atas wilayah muslim Palestina.
Kemerdekan Palestina hanya menjadi angan-angan jika ditempuh dengan solusi dua negara. Solusi penuh ilusi yang tidak akan pernah dicapai. Israel adalah kaum bermuka dua dan tidak dapat dipercaya. Pemblokiran jalur bantuan hingga saat ini masih mencoba ditepis sebagai berita yang tidak benar. Pengkhianatan terhadap kesepakatan gencatan senjata terus berulang. Penjajahan demi penjajahan terus dilakukan yang semua itu tidak lain tujuannya adalah melakukan pembersihan (genosida) terhadap rakyat Gaza agar bisa menguasai secara keseluruhan tanah suci Palestina.
Solusi dua negara bukanlah sebuah solusi tepat untuk menyelesaikan konflik yang terjadi. Berapa pun banyaknya pendukung penerapan solusi itu tidak serta merta menjadikan solusi tersebut menjadi tepat, justru sebaliknya, mendukung solusi dua negara sama dengan mendukung Israel AS melakukan perampasan, pengusiran bahkan genosida dan mengkhianati serta mencederai rasa keadilan bagi rakyat Palestina. Tanah Palestina harus dikembalikan kepada pemiliknya. Dan siapapun yang bukan pemiliknya harus hengkang dari tanah tersebut termasuk Yahudi Israel. Sayangnya, Zionis Yahudi tidak semudah itu meninggalkan Palestina karena memang tujuannya adalah menguasai seluruhnya, ini juga yang menjadi alasan mereka senantiasa melancarkan berbagai serangan mulai dari menghilangkan nyawa dengan bom dan peluru hingga membuat nyawa tak mampu bertahan karena kelaparan. Yahudi Zionis telah menguasai 78% wilayah Palestina, sementara pemiliknya hanya tersisa 22% dari total tanah air mereka. Sungguh ini merupakan perampasan hak dan pelanggaran hukum internasional tetapi tak ada sanksi bagi Yahudi itu.
Maka setelah semua yang terjadi terjawablah sudah bahwa tidak ada satu pun negara yang berdiri bersama Palestina, bahkan sudah 2 tahun penderitaan yang mereka alami. Tidak ada bantuan, tidak ada tentara, tidak ada upaya yang berarti dari banyak negara kecuali hanya sebuah ucapan kutukan dan keprihatinan yang tidak bisa mengubah apapun. Bahkan setelah pengakuan dari beberapa negara tentang kemerdekaan Palestina juga sama saja, itu adalah bagian dari implementasi solusi dua negara.
Berdasarkan hal ini, jelaslah Palestina tidak bisa berharap kepada negara manapun. Palestina membutuhkan persatuan, butuh tentara, butuh jihad fi sabilillah untuk menghentikan penjajahan, mengusir Zionis laknatullah dan membebaskan Palestina yang suci. Namun hal ini hanya bisa dilakukan oleh negara, tentu bukan negara biasa, bukan negara bangsa yang tersekat ikatan nasionalisme dan perjanjian internasional yang mengikat tubuh negara sehingga tak sanggup berbuat apapun kecuali tunduk patuh pada penjajah yang mengendalikan mereka. Negara yang dimaksud adalah negara yang punya kedaulatan sendiri, tidak bergantung pada negara manapun termasuk AS. Negara yang kuat akidah dan hukumnya. Inilah negara khilafah yang akan menjamin pembebasan Palestina bahkan dengan sangat mudah mengusir kaum Israel dan pendukungnya (AS) yang lemah itu.
Allah swt berfirman yang artinya “Perangilah mereka di mana saja kalian jumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian” (TQS al-Baqarah :191).
Allah swt juga berfirman “Siapa saja yang menyerang kalian, maka seranglang dia seimbang dengan serangannya terhadap kalian” (TQS al-Baqarah: 194).
Perintah Allah ini hanya akan diwujudkan oleh Daulah Khilafah, mustahil diwujudkan oleh negara bangsa. Wallahu ‘alam bishawab. (*)
Tinggalkan Balasan