Tivanusantara – Tingkat kegemaran membaca di Provinsi Maluku Utara masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah daerah dan masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024, minat baca masyarakat Maluku Utara menempati posisi yang mengkhawatirkan, yaitu di peringkat 32 dari 38 provinsi di seluruh Indonesia.
Dengan skor hanya 60,52 Maluku Utara berada di bawah rata-rata nasional dan tertinggal dari provinsi tetangganya seperti Maluku (urutan ke-30) dan Gorontalo (urutan ke-31). Maluku Utara hanya unggul tipis dari beberapa provinsi di Papua, seperti Papua Barat, Papua Selatan, dan Papua Pegunungan yang menempati peringkat terbawah. Data ini, yang diperbarui pada tahun 2025, menjadi cerminan bahwa tantangan literasi di wilayah kepulauan ini jauh lebih kompleks.
Rendahnya skor ini bukan tanpa alasan. Analisis lebih dalam menunjukkan bahwa skor kegemaran membaca dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk rendahnya frekuensi dan jumlah bahan bacaan yang dikonsumsi masyarakat. Meskipun data BPS secara spesifik tidak menguraikan penyebab, temuan ini secara tidak langsung mengindikasikan bahwa minat membaca belum menjadi kebiasaan sehari-hari untuk masyarakat Maluku Utara.
Keterbatasan akses terhadap buku fisik, kurangnya variasi koleksi di perpustakaan, dan tantangan geografis yang memisahkan antar pulau menjadi beberapa faktor yang diduga kuat berkontribusi pada kondisi ini. Terlebih, meskipun literasi digital menjadi alternatif, data juga menunjukkan bahwa frekuensi akses internet masyarakat Maluku Utara masih berada di bawah rata-rata nasional, yang semakin memperumit upaya peningkatan minat baca melalui platform digital.
Menanggapi hasil ini, pemerintah daerah dan para pegiat literasi diharapkan dapat merumuskan strategi yang lebih terarah dan inovatif. Peningkatan infrastruktur perpustakaan, penyediaan buku-buku yang relevan dengan minat masyarakat lokal, serta peluncuran program literasi digital yang masif menjadi beberapa langkah yang dapat diambil. Kolaborasi antara dinas terkait, komunitas literasi, dan pihak swasta akan sangat krusial dalam menciptakan ekosistem membaca yang kondusif.
Dengan langkah-langkah strategis dan terpadu, diharapkan Maluku Utara dapat mengejar ketertinggalannya dalam hal literasi. Upaya ini bukan hanya sekadar meningkatkan peringkat, melainkan sebuah investasi jangka panjang untuk membangun sumber daya manusia yang lebih cerdas, inovatif, dan berdaya saing di masa depan. (red)
Tinggalkan Balasan