Oleh: Zhulia
________________
HARI demi hari Gaza mengalami penderitaan yang tak henti akibat ulah zionis. Gaza dijadikan tempat percobaan senjata, bahkan zionis selalu mencari berbagai macam cara untuk memudahkan genosida muslim Gaza. Upaya yang zionis lakukan yakni menahan masuknya bantuan makanan agar produk Gaza kelaparan hingga meninggal, menetapkan titik pengambilan bantuan dan kemudian masyarakat yang sudah berkumpul dijadikan sasaran serangan. Dikutip dari Tirto.Id- Sedikitnya 15 orang termasuk 10 anak-anak, dilaporkan tewas dalam serangan Israel yang menghantam kerumunan warga di luar pasok layanan kesehatan di Gaza pada Kamis (10/7/2025).
Menurut Kemenkes Palestina, serangan dan tembakan yang dilakukan Israel menewaskan sedikitnya 60 orang lainnya di luar Gaza selama 24 jam terakhir. Termasuk, 15 orang dalam serangan terpisah di Kota Gaza. Namun, militer Israel mengklaim bahwa yang mereka serang adalah seorang pejuang Palestina yang ikut serta dalam serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu. Di tengah-tengah pertikaian yang terjadi tersebut, menimbulkan suara pembelaan kaum muslim maupun nonmuslim terhadap Gaza.
Pada awal Juli 2025, laporan pelapor khusus PBB untuk Palestina Francesca Albanese. Laporan yang dilakukan tersebut, mengakibatkan ia dijatuhkan sanksi oleh Menteri Luar Negeri yakni Marco Rubio. Francesca Albanese dikenal sebagai seorang pengacara, ia telah mendesak Negara-negara di Dewan Hak Asasi Manusia PBB untuk memperlakukan embargo senjata dan memutuskan hubungan perdagangan dan keuangan dengan Israel. Serta menuduh sekutu Amerika Serikat tersebut melancarkan kampanye genosida di Gaza.
Penghianat Sesungguhnya
Genosida di Gaza telah melampaui batas kemanusiaan. Mirisnya, justru para pemimpin negeri-negeri muslim alih-alih membantu mengusir zionis, mereka justru bergandengan tangan dengan negara Yahudi tersebut. Di antaranya Mesir, Qatar, dan Uni Emirat Arab (UEA), memilih tidak bereaksi secara terbuka. Di sisi lain, banyak negara yang berencana mengakui Palestina sebagai negara, setelah mereka melihat buruknya kejahatan yang disaksikan dunia. Salah satunya adalah Negara Perancis yang akan mengakui negara Palestina di sidang PBB September. Hal ini ditegaskan Presiden Emmanuel Macron dalam pengumuman pada Kamis (24/27) waktu setempat.
Sikap yang dilakukan oleh Presiden Prancis ini bertolak belakang dengan yang dilakukan para pemimpin muslim. Penduduk Gaza menderita, mati kelaparan bahkan digenosida tak henti-henti di depan mata mereka diam. Mereka lebih memilih bungkam, menutup mata dan berjabat tangan dengan Amerika Serikat, padahal Amerika Serikat ada keterlibatan dalam genosida yang dilakukan oleh zionis. Sungguh miris apa yang dilakukan oleh pemimpin-pemimpin Negeri muslim ini. Banyak pengamat mengkritik tindakan zionis dengan berbagai sudut pandang, mulai dari aspek politik, kemanusiaan hingga hukum internasional namun sampai saat ini belum memberikan solusi yang hakiki.
Penyadaran Umat Harus Segera
Pada hakekatnya yang terjadi pada Gaza atau Palestina merupakan bukan sekadar masalah kemanusiaan semata, akan tetapi masalah politik yang harus dihadapi dengan politik pula. Zionis dan Amerika sampai kapan pun tidak akan membiarkan Palestina merdeka. Berbagai upaya yang mereka lakukan untuk mencegah Palestina merdeka, termasuk merangkul para penguasa muslim dengan materi dan kedudukan. Mereka tahu bahwa penguasa-penguasa muslim saat ini, mudah terpengaruh dengan omongan kesenangan dunia yang sesaat, sehingga Amerika melakukan hal tersebut. Bahkan demi mewujudkan targetnya mereka kuasai media sosial, budaya, ekonomi dan politiknya.
Seruan agar penguasa turun tangan langsung membela Gaza saja tidaklah cukup. Umat perlu menyadari bahwa sejatinya umat Islam membutuhkan pemimpin yang menerapkan aturan Islam di segala aspek kehidupan yang mengikuti metode kenabian. Serta bukan pemimpin yang tunduk pada kezaliman, sehingga menyengsarakan umat. Dengan demikian, umat di seluruh dunia membutuhkan kepemimpinan Khilafah yang tidak zalim. Untuk mewujudkan pemimpin dan negara tersebut, kaum muslim harus bergerak bersama dengan visi yang sama. Ketika terbentuknya kesadaran umat akan mendorong umat terus fokus berjuang untuk mewujudkan visi tersebut.
Dilihat fakta saat ini, umat sedang mengalami Islam fobia akibat propaganda yang diciptakan oleh Amerika, sehingga orang muslim pun merasa asing pada Islam. Bagi yang sudah tersadarkan akan hal ini, maka menjadi PR untuk membuat umat sadar akan kebutuhan sistem Islam dalam kehidupan di bawah naungan khilafah islamiyah. Islam adalah agama yang bukan hanya tentang spiritual semata. Namun, Islam merupakan agama yang mengatur semua aspek kehidupan, menjadi solusi pada problematika yang ada termasuk apa yang terjadi di Gaza.
Memahamkan umat akan hal ini dapat dilakukan dengan cara dakwah dan tidak dapat dilakukan seorang diri, harus secara jamaah. Pengembang dakwah harus menanam dalam dirinya bahwa dakwah adalah tugas yang mulia, harus ikhlas dalam melaksanakannya, menentang yang tidak sesuai dengan Islam dan konsisten menegakkan aturan Islam dalam kehidupan. Serta waspada akan adanya bahaya yang akan mengancam dakwah mereka, karena akan memalingkan umat dari thariqah dakwah Rasulullah. Umat harus yakin bahwa thariqah inilah yang akan membawa kepada kemenangan Islam, termasuk mengusir zionis dari Palestina. (*)
Tinggalkan Balasan