Tivanusantara – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Maluku Utara berada dalam posisi dilematis. Rencana mereka untuk bertemu tiga paslon peserta pilkada dicegat sejumlah tokoh muslim di daerah ini.
MUI Maluku Utara sedang berupaya menggelar pertemuan dengan tiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur lainnya. Rencana pertemuan itu dilakukan menyusul adanya pertemuan antara MUI dengan calon gubernur Sherly Tjoanda beberapa waktu lalu yang ditanggapi umat Islam sebagai pertemuan “terlarang”.
Niat MUI Malut itu ditentang sejumlah tokoh Islam yang meminta paslon nomor urut 1 Husain Alting-Asrul Rasyid Ichsan, paslon nomor urut 2 Aliong Mus-Sahril Thahir dan paslon nomor urut 3 MK-BISA agar menolak niat MUI Malut itu.
Sekretaris Umum Ikatan Persaudaraan Muslim Indonesia (Parmusi) Maluku Utara, Salim Khalik, menilai MUI Malut telah partisan dan bukan lagi wadah penjaga akidah.
“Saya tidak setuju tiga calon gubernur ditemui MUI, karena mereka sudah jadi partisan kandidat tertentu. Bukan lagi sebagai wadah penjaga akidah umat,” tegas Salim, Kamis (31/10).
Salim menuding rencana Ketua MUI Maluku Utara, Samlan Hi Ahmad, cs itu hanya upaya cuci tangan untuk mencari simpatik umat Islam.
”Rencana MUI untuk menemui calon-calon gubernur itu cuma upaya cuci tangan, sangat kampungan ‘bermain mata’ dengan Sherly di bawah cahaya lampu yang terang benderang. Tidak punya harga diri,” ujar mantan anggota DPRD Malut ini.
Hal senada juga disampaikan salah satu mubalig yang juga akademisi Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU) Dr Sofyan Abas. Menurut dia, langkah MUI Malut bertemu Sherly Tjoanda itu tidak pada momentum yang tepat.
Sofyan bilang, di tengah momentum politik pilkada saat ini, MUI tepatnya menjaga jarak dengan kontestan pilkada sehingga tidak mengundang polemik publik, sebab terlibatnya MUI dalam kepentingan politik praktis dikhawatirkan lembaga Islam itu kehilangan kepercayaan umat.
”Bukan soal MUI bertemu Sherly yang non muslim. Tetapi pertemuan MUI dengan salah satu kandidat di tengah momentum politik pilkada itu yang tidak tepat,” ujarnya.
Sofyan menambahkan, bukan hanya bertemu Sherly, bertemu paslon cakada lain di tengah momentum politik sepeti ini tetaplah bukan langkah yang tepat dan jauh dari kearifan.
Sementara itu, aktivis muda Maluku Utara Alan Ilyas meminta pengurus MUI Malut yang dipimpin Samlan agar mundur dengan terhormat ketimbang bertahan di atas ketidakpercayaan umat.
“Coba cari cara bagaimana supaya segara ganti pengurus MUI Malut. Ayo MUI kabupaten/kota segera ambil langkah, kami umat Islam mendukung kalau ketua MUI Maluku Utara diganti. MUI kabupaten/kota jangan diam,” pungkasnya. (tan)
Tinggalkan Balasan