DARUBA, TN – Inilah akibatnya jika Pemerintah Daerah (Pemda) tidak serius mengurus masyarakat. Lihat saja yang terjadi di Kabupaten Pulau Morotai akhir-akhir ini. Lantaran pemerintah tidak ambil pusing dengan pertumbuhan ekonomi, maka masyarakat menjadi korban. Pemkab Morotai seakan tidak bisa mengendalikan merosotnya ekonomi di daerah yang dikenal memiliki potensi wisata itu. Kurang cakapnya jajaran pemerintah tersebut bukan hanya berdampak pada kurangnya kunjungan wisatawan ke Morotai, tapi juga membunuh ekonomi masyarakat di setiap desa.

Contoh nyata terlihat di Desa Muhajirin, Kecamatan Morotai Selatan. Bagaimana tidak, BUMDesa di desa tersebut yang dulunya tumbuh, kini terpuruk. Pengelola BUMDes alami kebingungan. Sejauh ini mereka hampir tidak mendapatkan cara untuk bangkit lagi. Situasi yang dialami BUMDes kian jatuh lantaran pemerintah kabupaten yang tidak peduli. BUMDes di Desa Muhajirin sebelumnya mengelola salah satu pasar yang di dalamnya berjejeran sejumlah warung.

Satu tahun terakhir ini kondisi pasar itu sudah begitu sepi. Hingga berhari-hari pasar tidak ada pengunjung, yang ada hanya penjual. Sudah begitu, bangunan BUMDes itu juga sudah dirambati tumbuhan liar, sehingga tampak sangat tidak terurus. BUMDes itu tepat berada di area Kantor Bupati Pulau Morotai. Di situ, terdapat kurang lebih 6 warung makan, 4 di antaranya ditutup serta satu toko swalayan yang juga tidak dibuka sama sekali.

Salah satu penjual mengaku, sejumlah warung yang ditutup itu beralasan karena kondisi BUMDes yang sepi pembeli. “Sudah sepi begini jadi kami juga sudah malas berjualan di sini,” katanya dengan nada datar.

Sementara itu, Husna, salah satu yang memutuskan tidak lagi berjualan di BUMDes itu mengaku tidak lagi menjual makanan di BUMDes dan kini menjadi pedagang keliling yang menjajakan sejumlah jajanan di setiap kantor-kantor pemerintahan. “Bagaimana mau jualan di situ (pasar BUMDes) kalua sudah seoi begitu. Hari Senin makan yang saya jual hanya terjual satu piring,” terangnya.

Husna mengaku, dalam sehari, setidaknya 10 kantor dimana ia bersama beberapa penjual lainnya harus menjajakan dagangan di kantor-kantor tersebut agar dapat terbeli. Sayangnya, kata dia, kondisinya tidak berubah. “Sampe 10 Kantor, Kantor DPRD, Kantor KPU, Kantor Bupati, pokoknya banyak, tapi jualan saya tidak ada yang dibeli, padahal yang saya bawa hanya 15 bungkus makanan saja,” akunya.

Dia berharap, ada sosok pemimpin yang hadir nanti sama seperti Bupati Rusli Sibua. Katanya, kesejahteraan yang dirasakan oleh masyarakat Morotai selalu dia nantikan sebagaimana dahulu. “Rusli dulu kalau ada rapat kalua hanya dua kali itu sudah pasti uang mengalir di masyarakat. Sekarang ini mereka saja (pemerintah) berteriak tidak ada uang, lalu bagaimana dengan kami masyarakat,”tutupnya. (tr1/kov)