Oleh: Sriwahyuni Tamrin

Ketua Bidang Kepemiluan DPD KNPI Provinsi Maluku Utara

KOMISI Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Maluku Utara dan Kabupaten/Kota telah menerima banyak pendaftar bakal calon legislatif (Bacaleg) dari golongan kaum anak muda. Terlepas dari kaum tua, kaum anak muda ini tidak mau kalah dalam rangka mempromosikan diri sebagai calon wakil rakyat yang punya ide dan gagasan untuk kursi parlemen nanti. Tak ayal, kehadiran mereka menghadirkan banyak jargon-jargon menjelang pemilu serentak di tahun 2024.

Macam-macam pilihan kata dan kalimat digunakan sebagai media untuk memperkenalkan diri mereka masing-masing. Ada yang disingkat dan dibuat semenarik mungkin. Contohnya ‘bersama kita bisa YA’ atau ‘jangan lupa shalat jumat YA, YA ini adalah singkatan nama dari salah satu bakal calon anggota dewan Kota Ternate yang menurut saya unik dan gampang diingat. Ada juga akronim calon anggota dewan provinsi ‘AKSI’, ‘KITA SUKA’ dan beberapa akronim dari calon anggota dewan yang lain yang tidak saya sebutkan. Kita memang butuh peran anak muda yang aktif dan kreatif dalam banyak hal, terutama ketika menjadi legislator muda di kursi dewan perwakilan rakyat.

Kita tau benar bahwa dari pemilu ke pemilu anak muda tidak pernah absen terjun dalam perebutan kursi legislatif. Semua partai rata-rata membuka ruang bagi anak muda yang punya minat dalam dunia politik, terutama politik praktis. Pemilu 2024 juga telah diisi oleh bakal calon legislatif (bacaleg) dari golongan anak-anak muda. Ada wajah lama dan juga wajah baru, dari latar belakang berbeda-beda, namun mengusung visi yang maju dan berkesinambungan. Hal ini tentu ada golongan generasi Milenial dan generasi Z.

Caleg Milenial dan Gen Z Bertebaran, Apa Yang Ditawarkan?

Masih relevan kah jika anak muda Gen Milenial dan Gen Z menawarkan sembako gratis, listrik gratis atau minyak tanah gratis sebagai upaya janji-janji politik ketika mereka terpilih nanti? Menurut saya ini benar tapi tidak tepat jika dipakai sebagai janji politik ketika berkampanye politik nanti. Entah kenapa tawaran ini selalu menjadi pilihan untuk menarik minat masyarakat, terutama bagi pemilih dari kaum ibu rumah tangga atau yang kurang mampu secara finansial. Atau yang paling sering terjadi adalah memberi sumbangan gratis berupa kebutuhan olahraga, perlengkapan dapur, dan lain-lain.

Gen Milenial dan Gen Z sudah tidak dianjurkan menggunakan pola-pola lama yang sebatas door to door atau dari rumah ke rumah hanya berjanji untuk meraup suara apalagi sampai menggunakan politik uang saat kampanye politik. Cara-cara lama dengan kemasan yang baru tetap usang jika dipakai untuk politik di era serba digital ini.

Anak muda Gen Milenial dan Gen Z sudah harus mampu membuat sebuah gebrakan baru yang tujuannya mencerdaskan generasi sesamanya dan masyarakat pada umumnya. Tawaran harus lebih menyentuh pada perekonomian rumah tangga dan usaha-usaha masyarakat yang manfaatnya panjang dan berkelanjutan. Manfaatkan segala peluang dari sisi Sumber Daya Alam (SDA) untuk kepentingan Usaha Masyarakat Kecil Menengah (UMKM) di segala sektor. Melihat minat dan bakat masyarakat di daerah pilihnya kemudian ikut membantu dalam membuat regulasi-regulasi berupa perda di parlemen.

Caleg Kaum Muda Harus ‘berdagang’ Gagasan

Saat masa kampanye tiba, anak muda selaku bakal calon legislatif diharapkan dapat memberi asupan dan nutrisi politik yang sehat dan tentunya bermanfaat. Kehadiran tokoh politik muda ini diharapkan kehadirannya mampu bersaing dengan keadaan zaman saat ini. Zaman yang serba modern dan digital menuntut ide dan gagasan politik yang harus lebih maju dan berkesesuain. Masyarakat harus belajar tentang politik gagasan yang terbarukan.

Hidup di zaman serba digital memang punya tantangannya tersendiri. Selain mempermudah aktifitas manusia tentunya banyak hal di luar dugaan kita akan terus terjadi. Perkembangan teknologi yang kian pesat tentunya menuntut anak muda turut aktif dan cepat mengikuti semua perkembangnnya. Kampanye politik tidak boleh hanya sekadar berjanji dengan kalimat, harus ada gerakan yang membuka mata masyarakat bahwa menentukan pilihan bukan hanya sekadar janji, diberikan barang atau sampai pada memberikan uang atau money politic.

Aset generasi Milenial dan Gen Z adalah politik gagasan. Mencerdaskan para pemilih terutama pemilih pemula terkait ide kreatif apa saja yang dipakai dalam rangka menopang perekonomian, pendidikan dan kesehatan di tengah-tengah kebutuhan utama masyarakat. Menolak politik dengan cara lama adalah sebagai bentuk mengajarkan masyarakat terkait pendidikan politik di zaman modern dan canggih saat ini. (*)